Senin, 25 Juli 2011

SELIMUT MIMPI NGERI

Semalam lebih dari ribuan anak muda melintasi kelopak mataku
Wajahnya muram, gelisah penuh seluru
Ditangannya segumpal darah harapan
yang perlahan menetes ditanah kemerdekaan
Mestinya setiap tetesan keluar dari air matanya yang hingar bingar
apa mau dikata?
"Pahlawan" saja tak cukup untuk mengganjal perut sepi mereka,
Bekerja sebagai kuli pabrik dikisaran harapan yang dipabrikkan
Merdeka jiwa!
Rasanya masih diuntungkan.
Meskipun setiap ceceran keringat membasah resah
Diatas ranjang sebelum mereka benar-benar tertidur lelap dalam lamunan.
Siapa yang tak pernah memendam rasa?
Gelamor cinta di atas rembulan hanya bingkai kerinduan
Sebelum namanya menangis di atas dinding resah yang kerap menggelisah!
Mestinya malammu bersayap api
Membakar kulit-kulit ketidakpastian dalam dirimu
Dan mengeluh adalah liburan hidup yang membosankan
Setiap saat kusaksikan,
Setiap detik tak pernah kecolongan!
Bgaimana gelagak nyanyian angsa kudengar dari riuh sabda kalimat cinta?
Gombalisasi yang mereguk nafas-nafas Tuhan
Syarat dengan pembiaran.
Dan detak Arloji pada dinding yang mati
Retak berpuing dendam.
Dimana kuletakkan pena rindu?
Sedang dikisaran malam mereka membelah cakrawala harapan dan mimpi
dengan belati kehampaan besar berabad-abad!

(Yud, Jakarta 26/07/11)

0 komentar:

Posting Komentar

 
;