Sabtu, 28 Mei 2011

Sehelai Kain Sepi

Aku bertanya pada segumpal darah sepi?
Nampak elok wajahku,
bernyanyi didepan cermin jati!
Namun......
Gemuruh angin dari pohon resah
seketika tersungkur dikelopak mataku yang mulai membasah

Menatap ladang Haus ditikam dahaga
Memandang sawah lelah dipangku rasa!

nyaris tak ada sisa untuk kunikmati
sepucuk sajak dibawah pohon rindang
atau setdaknya kusaksikan
orkesta katak meriak dikolam tenang!!

sajak turun gunung,
turun harga setia,
tanah melambung sejagat raya!
lagi-lagi....
kulihat ribuan penyair bunuh diri karena sepi,
memuji pohon kering
dan mencungkil matanya dengan tajam ranting garing.
Ah, ini konyol dibual selimut do'a lalu bersembunyi ditoko buku!!!

sawah kering mesti dibanjiri
sebanjir air mata mengutuk diri!


(Yud, Jakarta 25/05/11)

0 komentar:

Posting Komentar

 
;