Jumat, 02 Maret 2012

Harming Yang Menghangat-segarkan Semangat


Oleh:
A.Kohar Ibrahim:

27 Februari 2012 pukul 4:01


Titik Titik Dinota

Harming Yang Menghangat-segarkan Semangat

Berkat:
Gusmarni Zulkifli – Enes Suryadi – Aras Sandi – Yudi AW – Joe Patrick – Muhammad Subhan – Raya Elen Soraya – Udin Sape Bima – Muhammad Alfian – Zamhir Arifin – Haidar Hafeez -- Rama Prabu – Wahyudi Sastria



HARMING seketika ini kiranya layak nota dinota. Seperti apa yang tertera di halaman Facebook:
Mata - mata: pandang. Pandang memandang mata hati mata pikiran terang terpandang. Pandang ku terang. IYA. Jelas jemelas bagai air bening segelas Harming terbangun swara merdu mendayu dari Pertiwi ku. Seketika sarapan pagi seruput kopi tersaji pula buah hasil kreativitas bernas prosa puisi Sesama ku Sebangsa ku.  Meski jarak memisah benua Dekat erat saja layaknya. Terima kasih tak berhingga telah menggugah rasa indah estetika dan bangga.

Harming - hari minggu. Buah kreativitas yang dimaksud tertera di Koran Dinding (Wall) FB ku, prosa dan puisi: Gusmarni Zulkifli dengan sajian cerpennya berjudul «Melukis Waktu Mengingat Lupa : Mak Long »., Enes Suryadi dengan cerminnya berjudul « Wasiat Sang Koruptor». Aras Sandi dengan « fabelaria1 : kasus anggie di kerajaan tikus ». Yudi AW dengan «Catatan Sabtu Sore : Tasbih Alam ».

Sedangkan hasil kreasi puisi tampil sederet penyairdengan sajak-sajaknya masing-masing.  Joe Patrick dengan sajak “Menuju”. Muhammad Subhan: “Tentang Perempuan Pilih Tanding Yang Tak Ada Banding”. Raya Elen Soraya: “Sungguhkah Ini?” Udin Sape Bima: “Taman Rektorat Umram”. Muhammad Alfian dengan serangkum mungil sajak-sajak: 2012, Hulahop, Juang, Risau, Bingung, Janganjangan. Haedar Hafeez: “Menabur Malam DiLampu Kota”. Zamhir Arifin: “Gelombang Sunyi”. Rama Prabu: “Nafas Sunyi Untuk Mencintai”. Wahyudi Sastria: “Dengan Puisi Aku Peduli – Harukupun Tak Kunjung Kering.”

Tak ketinggalan pula tulisan karya-info dari Deddy Firtana Iman: Puisi Award WR – Aku Dan Puisiku. Sedangkan Imam Sucahyo mengutarakan tentang  « Indonesiaoutsiderart : Pameran outsider art by outsider artist « suryadi » anak sukma. »

SAJIAN yang dalam bentuk prosa – ah apakah yang tergolong cerpen (cerita pendek), cermin (cerita mini) atau sketsa – begitu juga yang dalam bentuk puisi berupa sajak-sajak barangtentu semuanya mencerminkan ideologi para penulis masing masing. Ideologi dalam artian yang luas, sebagai pandangan dan pemahaman atas situasi-kondisi kehidupan alam-manusia. Manusia yang bermasyarakat. Dimana sang penulis masing masing merupakan bagian yang tak bisa tidak – sebagai individu atau kolektip, dalam jarak relatip dekat atau kejauhan; lokal ataupun nasional bahkan internasional. Meskipun yang diungkap terungkapkan adalah sepertinya individual, namun bersifat nasional bahkan universal pula maknanya.

Kenapa? Bagaimana? Pasalnya yang dijadikan pokok garapan adalah sosok malhluk manusia dengan kemanusiaannya. Dengan segala suka-cita ataupun duka-laranya dan dalam segala ragam nada irama nuansa warna-warninya. Dimensi kemanusiaan baik secara individual maupun kolektip atau skala besar yang saling berkait-tautan satu sama lain ini adalah dimensi universal. Seperti tercermin pada tokoh dalam cerpen Gusmarni Zulkifli « Mak Long », « Bunda Rahmah » Muhammad Subhan dan « Utuy Tatang Sontani » Wahyudi Sastria dan yang tersurat pun tersirat dilukiskan oleh para penyaji tulisan lainnya.

Pasalnya yang tak kurang pentingnya pula, ternyata dan terasa betapa kecintaan para penulis dan penyair akan bahasa persatuan kita: Bahasa Indonesia. Sekalian terasa pula nuansa nada irama dan warna-warni kedaerahannya yang senantiasa menarik hati dan pikiran serta mengundang imajinasi. Meskipun kadang-kadang terasa pula kegenitan dalam mengutarakan ungkapan, kiasan, metafora atau penyimbolisasian.

Begitulah. Tak urung baik dalam prosa yang disajikan oleh Gusmarni Zulkifli, Enes Suryadi dan Aras Sandi. Maupun dalam bentuk puisi berupa sajak-sajak buah pena penyair seperti tersebut di atas. Yang demi memudahkan para pembaca atau pemerhati yang berkenan saya sertakan di bawah ini.

Besar kemungkinan, serangkai alinea di atas sebagai pertanda bahwa hasil kreativitas bernas memang layak simak dan layak telaah lebih lanjut. Sekalian tanda bukti daya apresiasi atas daya kreativitas  para penulis dan penyair demi menggapai kemajuan lebih membanggakan lagi. Semoga. Amiin.

Minggu 26 Februari 2012.

*





*

Joe Patrick :

MENUJU

Perahuku hilang rasa
Diterpa amuk badai luka
di laut yang tengah naik garang
Hanyut mendayung arus sungsang

Hulu telah setengah jalan
Masih peluhku seluruh badan
Biar pecah karang panjang telentang
Tak’kan patah kayuh berpulang

                                                       Hasrizal
                                                       24 Februari 2012


*
(FB 24.02.2012)
*

Muhammad Subhan :

TENTANG PEREMPUAN PILIH TANDING
YANG TAK ADA BANDING

: Bunda Rahmah El Yunusiyah


Bila ditanya siapa perempuan tangguh di jamannya
Jawabnya adalah Rahmah El Yunusiyah orangnya
Perempuan Minang yang dikenang sepanjang masa
Besar sungguh jasanya, tak terlupa walau ia telah tiada

Di kota kecil Padangpanjang bergelar Serambi Mekah
Ketika jaman masih bergejolak perang dimana-mana
Bersama Zainuddin Labai kakaknya ia dirikan sekolah
Perguruan agama khusus Putri namanya Diniyah

Di jaman itu pandang orang sumbang pada perempuan
Mereka dianggap kaum lemah hanya cukup urus rumah
Bergerak ke sana kemari terkekang aturan adat usang
Melihat itu sungguh risau hati Rahmah pagi dan petang
Di matanya kaum hawa makhluk luar biasa serba bisa
Posisinya kelak bukan saja sebagai pendamping suami
Tapi dapat pula pimpin umat semarakkan isi negeri

Citanya yang tinggi terwujud dan masyarakat haru menyambut
Di penghujung tahun 1923, satu November tanggal dan bulannya
Berdirilah itu sekolah yang mula bernama Al Madrasatuddiniyah
Ruang belajar dipinjamlah tempat di Masjid Pasar Usang
Murid angkatan pertama sebanyak tujuh puluh satu orang

Sekolah berdiri gunjingan dan cemooh orang terdengar lagi
Perempuan dianggap tidak layak belajar apalagi mengajar
Cukup di rumah saja urus dapur, sumur, hingga kasur
Mendengar itu Rahmah tak sedikitpun geraknya mundur
Pelajaran terus berjalan, murid semakin banyak berdatangan

Di tahun 1924 Zainuddin Labai wafatlah ia
Rahmah sungguh sangat duka cita hatinya
Orang mengira berpulangnya kakaknya itu
Tamat pula Diniyah Putri dimamah waktu
Tapi tidak, sungguh perkiraan orang keliru
Di tahun-tahun berlalu dan sesudah masa itu
Diniyah Putri dipimpinnya bertambah maju

Diserukannya pada dunia perempuan dapat pula berkarya
Bukan saja harus paham ilmu agama tapi terampil bekerja
Ia kunjungi Aceh, Medan, hingga ke Semenanjung Melayu
Di negeri itu semua Sultan menaruh hormat kepadanya
Diseberanginya samudera, sampai ia ke Kuwait, Mesir,
Mekah hingga Madinah, dan dijalinnya kerjasama
Agar murid-muridnya dapat meneruskan sekolah di sana

Di tahun 1955 terbetiklah suatu kabar gembira
Syekh Abdurrahman Taj datang ke Padangpanjang
Dia adalah Syekh Jami’ Al Azhar kampusnya terbesar
Sungguh kagum itu Syekh melihat Diniyah Putri
Satu-satunya perguruan khusus perempuan berdiri
Al Azhar hendak pula meniru buka kelas yang baru
Isinya perempuan pula agar dapat mengenyam ilmu
Maka diundanglah Rahmah datang ke negerinya
Disana berbagi pengalaman ia dengan penuh bahagia
Sebagai tanda jasa sekolah tinggi itu kepadanya
Diberi ia gelar Syeikah perempuan pertama di dunia

Sungguh kagum kita kepada Rahmah yang bersahaja
Jasanya untuk kaum perempuan lebihi Kartini agaknya
Ia ajak perempuan-perempuan bangkit dari kebodohan
Ilmu agama, tulis baca, etika dan kesantunan ia ajarkan
Teranglah dunia karena kaumnya ikut tampil di depan
Sungguh, atas semua pengorbanan yang telah ia berikan
Pantaslah negara menaruh perhatian dan penghargaan

Kini, perempuan pilih tanding itu telah tiada
26 Fabruari 1969 tanggal, bulan dan tahun wafatnya
Allahummagfirlaha, warhamha...
Semua orang yang mencintainya jatuh dukanya
Kehilangan kita, kehilangan ibu yang besar kasihnya.

25-02-2012
*
(FB 25.02.2012)
*

Raya Elen Soraya :

SUNGGUHKAH INI?

boleh jika tidak percaya
lebih berhati-hati
tidak ada salahnya

tak usah kaget
tak usah gede rasa
karna ini maya

boleh suka di puji
boleh suka di puja
namun jangan terperdaya

berlaku bersikaplah biasa
seada-adanya
apa adanya
karna disini adalah maya

boleh jadi benar
boleh jadi tidak
jangan terlalu percaya

bukan janji
tapi bukti
yang harus kau percaya

berhati-hati lah ya
ingat di sini maya!

dan ingat lagi
di atas segalanya
tak ada yang lebih kuasa
di tempat singgah kita
selain dari pada Dia 

berlindunglah pada-Nya
yakin saja serahkan segala
biarlah yang terbaik
menurut pada Allah saja


 Banjarnegara 24022012

*
(FB  24.02.2012)
*

Udin Sape Bima :

TAMAN REKTORAT UNRAM

Pada setapak jalan taman rektor unram
daun-daun rerumput sepanjang jalan
terbias mendesir menguyah angin dan udara
berdiang bayang-bayang yang mengeja
; musim kemerau untuk hari esok mendatang
akan suatu ketika berpendar menyimpan kenangan
yang berlabuh melepaskan lelah pada sediakala berlalu

Di taman itu sekumpulan mahasiswa
duduk di bawa pohon-pohon cemara tua
desir angin mengibas dekapkan lanturan alam
terbuai tawarkan getaran riuh angin
melaju mengusap keringat tubuh di rerimbun waktu
dan para lelaki dan wanita berjilbab putih
merindukan dawai-dawai asmara diseteru malam

Dan pada senja awang-awang mengaum kelam
bersenandung teduh di jendela kota
atau serapuh taman berkubang titik-titik kerinduan
burungpun bernyanyi lepas serupa tak ada beban
hari-hari terasa diselundup anyir bahagia
yang terpentur bersama rerumput berkelun ayun-ayun
di keramaian sebuah kota istimewa Mataram


Udin Sape Bima
Mataram, Fabuari, 2012

*
FB 24.02.2012
*

Muhammad Alfian :

2012

Resah laut resah tanah
rabalah
beri sentuhan mesra
pada tanah
pada laut
gelisah

dilaut sana
nasip mereka
dimainkan ombak menggila

ditanah sana
tak tumbuh
harapan

masihkah berleha
sedang tanah
sedang laut
dibuai resah
31.01

*
Hulahop

kata
      rasa
berhulahop
rotasi hijau bola
                    mata 

tak kira
         salah
             benar
pandai kata
berhulahop
untuk mereka
yang menafkah
lembar-lembar durhaka

sirnalah
hijau bola mata
hingga tersekat lembar-lembar durhaka
dan punah hulahop kata
14.02

*
Juang

risau
      kacau
  parau
                 sasau
       pukau
sakau
melebur
pada raga-raga
                  durhaka
tersebab kontra
bak tambora
    krakatau
Etna
                Kilimanjaro
Fuji
           Sinabung
Vulkano
yang letih mengendapkan rasa
15.02
*

Risau

kambing-kambing
mengembek lantang
dipadang hijau

ingin ku kais risau
menyumpal embeknya
tapi
sejak zaman hitam-putih sudah
hasilnya
lihat saja

menyampah!

15.02
 *

Embun

pekik embun kala pagi
terjuntai diujung daun
menetes
dan meresap dipori tanah
meninggalkan bekas
luka

dengarlah
kala malam
iya meracau dalam igau
tentang hidup
yang kacau
tersebab kicau burung hantu
seperti anjing yang meng-guk-guk
tak jelas makna

kapan
kala pagi
menetes riang
dan menyanyikan lagu merdu kala malam 
dikehidupan embun yang arau
19.02 

*
Bingung

pekik parau
lambung dalam perut
tersebab hari tengah
menanak diri
kucuran air mengalirdari pori

kemana mesti mencari
pemunah lapar
pemecah dahaga
sedang diri
masih terdampar di gurun harapan
berpijak pada butir-butir kekecewaan

ular berderik girang
melihat mangsa tak berdaya
sedang ia bertambah kuasa 
23.02
 *

Janganjangan

paksa
ini tangan
menggila

jangan
        jangan
              jangan
           !

ini tangan
tak pantas
menyentuh
yang tak layak disentuh 

jika pun iya
tampar!
itukan terjadi
pada mulut
pada muka
dasar!
kebohongan

pencipta ratap
                 harap
                     pengap
dan senyap
berlalu tak mau tahu
tampar!
24.02 

*
FB 24.02.2012
*

*



Haidar Hafeez:

MENABUR MALAM DILAMPU KOTA
·
Hangat senyum
Kurasakan dari bayangku
Dua sejoli jalin kasih
Ditemara sinar lampu malam
Dibawah rembulan separuh
Diantara nakal nyamuk taman kota
Aku coba pejam rasa
Dengan hanya mematung dikejauhan
Sembari duduk dijok Schooter aku putar arah pandang
Selamat malam rembulan
Selamat malam
Bulan bulan


Sepanjang jalan Semarang Demak
*
(FB 22.02.2012)
*

Zamhir Arifin :
gelombang sunyi

Mataku tertuju pada satu titik
titik itu adalah  laut,  di dalamnya ada dirimu yang meneguk sunyi

Pada kedalamannya  kutemukan  sekebat ranting kering
yang terlepas dari tangan tebing

Pun pada pucuk ombaknya  ada sanggul yang tertinggal
gelombang menjadi lengang,  lalu menelannya seabad sepi

Pekanbaru, 26/02/12

*

Rama Prabu :

Nafas Sunyi Untuk Mencintai

selalu ada sunyi untuk mencintai
memanggil dia yang belum datang menghampiri
merebahkan ikatan mayang rambutnya
pada bahu, pada seutas waktu

bulan ini, almanak kita lipat
kita gunting kedua sisinya
seperti masa lalu yang meninggalkan bayangan
jauh tertinggal di debu jalanan

karena doa seperti dua bibir yang rekah
melafal ayat-menyanyikan kidung agung
dan kita hanya bertanya disetangkup lindap
sampai dimana kata-kata menemukan ibunya

Jatinangor-Sumedang 23 Februari 2012

*

Wahyudi Sastria :

Dengan Puisi Aku Peduli
HARUKUPUN TAK KUNJUNG KERING

Berdendang tak peduli apa kata orang
Yang tak sedikit berpandang sumbang
Tentangmu.

Sedang aku membacamu;
Membacamu dari "Langit Tak Berbintang"
Sampai terang bintang cemerlang terpampang
dalam hidup yang gamblang
Garis liris mengiris
mencumbu kabut sebelum magrib menangis
Membacamu legendaris
Pejalan Hidup yang Hidup.

Jalan masih panjang,
kehidupan belumlah tumbang!
karena kemerdekaan masih dipertanyakan
Semenjak masa jejak yang terbungkam
Serakahnya kekuasaan
Yang was was membias
Takut-takut tak kebagian beras
Siapapun dikorbankan
demi hidupnya yang tak waras!
Jelaslah tak waras:
Membunuh
Merampok
Membabibuta
Menerka siapa saja yang menghalanginya!

Utuy Tatang Sontani

Lengking jemarimu
Pencerah Sejarah kebiadaban!
Jeli hurip kahirupan hurup hirup perjuangan!
Membentang kalimatmu terang benderang
Dari kesederhanaan kewajiban sastrawan
Ya menulis dan menyatakan sikap pada persoalan
Demi kebebas merdekaan
Sesama seumat manusia!
Baginya ya memang begitulah adanya
Komunisme baginya ya keindahan tandasnya
Lagian cap semprot dari para pembacot
Tak dihiraukannya, apasih?
Begitulah kiranya!

Utuy

Ada kemesraan
Dari lika liku luka
jalan kehidupanmu
Tentang mesra yang tak terkira
Jauhlah kubandingkan
dengan sepabrik karya sastrawan gadungan
yang meninabobokan situasi kondisi.

Yeh, Yeh, Yeh,
Aku terpukau
Seribu lika liku pada masamu menjitu;
Antara pemburu partai
dan karya tulis menulis,
Toh bisa berpelukan.
Meski dalam ancaman
Tak jua kau hiraukan
Karena “Mengapa Mengarang?”
Perkasa cipta menjelma
Pada karya yang dideklamasikan
Oleh Ahsan penyair muda dalam cerita:

"Rajawali dari Tenggara:
Kesepian menjadi mahkotanya,
Taufan dan badai menjadi temannya
Sekali mengembangkan sayap,
Seribu dara Bernaung dibawah ketiaknya"

“What is in a name?”

"Utuy dalah Utuy"
Lekas tegas tandas sahabat
Penulis juga pelukis;
Abdul Kohar Ibrahim
yang membaca jiwanya dari dekat
Dekat sekali
Diantara meja dan kursi saksi hidup berdiri
Tegak melaju
Menjalani aktivitas kreatifitas
Yang terus bergelora tak kunjung reda
Membongkar sejarah gangsing
Kebiadaban para perongrong;
Pembohong akbar manusia,
Penguasa orba!

Yang masih menjidati tanah tercinta
Indonesia Raya.

(WS/ Cikalong Kulon/Cianjur 23/02/12)

*
(FB: 23.02.2012)

*Catata: Harming - Hari Minggu. Karya Puisi silakan simak FB penulis masing-masing

















Biodata :
A.Kohar Ibrahim
Nama lengkap : Abdul Kohar Ibrahim
Nama pelukis (tandatangan karya lukis) : Abe
Lahir 1942 di Jakarta, Indonesia.
Menerima pendidikan Seni Rupa di :
Académie Royale des Beaux-Arts de Bruxelles,
Brussel, Belgia.

Alamat:
Belgia : Bruxelles, Belgique.
Indonesia : Batam ; Jakarta, Ciputat Tangerang Selatan, Indonesia.
.
Penghargaan / Diploma:
(1) Brevet d’Exellence & Diplôme de Fin d’Etude de l’Académie Royale des Beaux-Arts de Bruxelles (1975, 1979).
(2) Prix de Gouden Pluim (Spectraal, Gent, 1981).
(3) Médaille d’Argent du Mérite Artistique Européen (Coxyde, 1987).
(4) Médaille d’Argent de l’Académie Internationale des Arts Contemporains et Diplôme d’Officier (pour reconnaître et protéger sa valeur artistique) 1986.
(5) Médaille d’Or (1987) et Médaille de Platine de l’AIAC (Enghien, 1988).

Biodata. Bibliographie :
(1) Media Massa, antara lain : Le Soir, La Lanterne, La Dernière Heure, L e Pourquoi Pas ? Le Jalon des Arts, Gazet Van Antwerpen, Het Laste Nieuws, De Autotoerist, Sontags Kurier, Cellerche Zeitung. Minggu Pagi, Kedaulatan Rakyat, Harian Sijori Pos, Harian Batam Pos, KB Antara dan media online: SwaraTV, DepokMetroNet, CybersastraNet, CimbuakNet. Sedangkan buku-buku dan kamus yang memuat biodata, antara lain :
(2) Spectraal Kunstkijkboek VI, éd. Spectraal, Gent 1984.
(3) 50 Artistes de Belgique, par Jacques Collard, critique d’art, éd. Viva Press Bruxelles 1986.
(4) Art Information, éd. Delpha, Paris 1986.
(5) Who’s who in Europe, éd. Database, Waterloo 1987.
(6) Who’s who in International Art, international biographical Art dictionary, éd. 1987-1996, Lausanne, Suisse.
(7) Dictionnaire des Artistes Plasticiens de Belgique de XIXe et XXe Siècles – Editions Art in Belgium 2005.
(8) Artis Peintre Abe Alias A.Kohar Ibrahim dan Karya Lukisnya oleh Lisya Anggraini, Batam, Indonesia 2005.

Exposisi :
Sejumlah eksposisi individual maupun kolektif. Antara lain : Galerie Hendrik De Braekeler (Antwerpen, 1977). Galerie Rik Wauters (Bruxelles, 1977). Galerie Van de Velde (Gent, 1979). Les Arts en Europe (Bruxelles, 1979). Galerie APAC (Schaerbeek, Bruxelles, 1980). Mérite Artistique Européen (Coxyde, 1980, 1987, 1990). Galerie Escalier (Bruxelles, 1980). Spectraal (Gent, 1981). Galerie Gouden Pluim (Gent, 1982). Galerie Erasme (Anderlecht, 1983, 1990). Galerie Schadow (Celle, RFA, 1986). Europa Bank (Gent, 1987, 1988, 1990). 50 Artistes de Belgique (Bruxelles, 1986). A.I.A.C. (Enghien, 1987). Spectraal (Nieuwpoort, 1988). Galerie Het Eeuwige Leven (Antwerpen, 1993). De Kreiekelaar (Schqerbeek 1997). Parcours d’Atistes (Commune de Schaerbeek, 1998). En Modus Vivendi (Oude Kerk, Vichte, 2003). Galeri Novotel (Batam, Kepri, 2004). Museum Haji Widayat (Magelang, Indonesie, 2004). Galeri Novotel (Batam, Kepri, 2006). Ruang Expo Balaikota Hotel Communale de Schaerbeek, Brussel 2007. Guilliaum & Caroline Gallery, Bruxelles 2008.

Sebagai Penulis:
Sebagai penulis, A. Kohar Ibrahim mulai banyak menulis prosa dan puisi serta esai atau kritik sastra dan seni sejak akhir tahun 50-an di beberapa media massa Ibukota, antara lain Bintang Timur, Bintang Minggu, HR Minggu, Warta Bhakti dan Zaman Baru. Setelah Era Reformasi, berkas-berkas karya tulisnya ada yang disiarkan di media massa cetak dan online. Anatara lain : Minggu Pagi, Kedaulatan Rakyat, Pikiran Rakyat, Sinar Harapan, Harian Sijori Pos, Harian Batam Pos, Majalah Gema Mitra, Majalah Budaya Duabelas (Penerbit : Dewan Kesenian Kepri), Cybersastra, Depokmetro.com, Swara.tv, Bekasinews.com, Art-Culture Indonesia, Multiply.
Dari tahun 1989-1999, selama sedasawarsa mengeditori terbitan yang tergolong pers alternatip, terutama sekali berupa terbitan Majalah Sastra & Seni « Kreasi » ; Majalah Budaya & Opini Pluralis « Arena » dan Majalah Opini « Mimbar ».
Sejumlah esai budayanya yang dibukukan, antara lain : “Sekitar Tempuling Rida K Liamsi », telaah buku kumpulan puisi Rida, terbitan Yayasan Sagang, Pekanbaru 2004. « Identitas Budaya Kepri », terbitan Dewan Kesenian Kepri, Tanjungpinang 2005. « Kepri Pulau Cinta Kasih », karya bersama Lisya Anggraini, Yayasan Titik Cahaya Elka, Batam 2006. Berkas-berkas esai seni dan sosio-budaya lainnya berupa : « Catatan Dari Brussel : Dari Bumi Pijakan Kaum Eksil », « Sekitar Tembok Berlin :  Lagu Manusia Dalam Perang Dingin Yang Panas » ; « Hidup Mati Penulis & Karyanya : Polemik Pramoedya-Lekra vs Manikebu » ; « Sekitar Aktivitas Kreativitas Tulis Menulis Di Luar Garis », dan lainnya lagi.
Buku dan atau kumpulan tulisan bersama berupa kucerpen dan kupuisi, antara lain : Kumpulan cerpen « Korban » , penerbit Stichting Budaya, Amsterdam, 1989.
Kumpulan puisi « Berkas Berkas Sajak Bebas », penerbit Stichting Budaya, Amsterdam, Kreasi N° 37 1998.
Kumpulan esei bersama : « Lekra Seni Politik PKI », Stichting Budaya, Amsterdam, Kreasi N° 10 1992.
Kumpulan sajak bersama : « Puisi », Stichting Budaya Amsterdam, Kreasi N° 11 1992.
Kumpulan esei bersama : « Kritik dan Esei », Stichting Budaya Amsterdam, Kreasi N° 14 1993.
Kumpulan cerpen bersama: « Kesempatan Yang Kesekian », Stichting Budaya Amsterdam, Kreasi N° 26 1996.
Kumpulan sajak bersama :  « Yang Tertindah Yang Melawan Tirani » I, Stichting Budaya Amsterdam, Kreasi N° 28 1997.
Kumpulan sajak bersama : « Yang Tertindas Yang Melawan Tirani » II, Stichting Budaya Amsterdam, Kreasi N° 39 1998.
Kumpulan sajak : « Di Negeri Orang », penerbit Yayasan Lontar Jakarta & YSBI Amsterdam, 2002.
Kumpulan tulisan bersama: Antologi Puisi Cerpen Curhat Tragedi Nasional 1965-2005, penerbit Sastra Pembebasan & Malka, 2005.
Kumpulan esai bersama : « Identitas Budaya Kepri », penerbit Dewan Kesenian Kepri Tanjung Pinang 2005.
Novel : « Sitoyen Saint-Jean – Antara Hidup Dan Mati », penerbit Titik Cahaya Elka, Batam, 2008.
Kumpulan esai : « Sekitar Polemik Pramoedya-Lekra vs Manikebu », penerbit Titik Cahaya Elka, Batam, 2008-09.
Kumpulan puisi : « Untukmu Kekasihku Hanya Hatiku », penerbit Titik Cahaya Elka, Batam, 2008-09.
Kumpulan cerpen bersama Lisya Anggraini : « Intuisi Melati », penerbit Titik Cahaya Elka, Batam, 2008-09.

Yang belum atau dalam perencanaan untuk dibukukan : Berkas berkas naskah kumpulan esai seni budaya, kumpulan cerpen, kumpulan puisi, Nota Puitika (sebanyak 500-an) dan lain sebagainya lagi.
Simak : Kumpulan Kumpulan Tulisan. Yang melengkapi Biodata ini.

Lebih lengkap bisa disimak-lacak di beberapa situs, antara lain, sebagai berikut :
ABE-Kreasi Multiply Site : <http:></http:>
<http:></http:>
http://artscad.com/@/AKoharIbrahim/

Catatan : Nama asli, alias dan samaran.  Sejak mulai melakukan kegiatan tulis menulis medio tahun 50-an, sebagai tanda-tangan digunakan nama asli A. Kohar Ibrahim atau lengkapnya : Abdul Kohar Ibrahim. Tanda-tangan untuk semua karya lukis : Abe. Sedangkan nama samaran atau pen-name : Aki, A. Brata Esa,  Rahayati, Bande Bandega,  DT atau Dipa Tanaera. (2008-2011). ***


0 komentar:

Posting Komentar

 
;