Jumat, 11 November 2011

JAS MERAHNYA (kepeda Bung Karno)

Bung
Bunglon asmara Negara hari ini mencekik licik
Siar kabar kudengar dari setiap jerit di trotoar
Lidahnya meludah rasah membasahi kaum pelajar
Yang lupa Jas Merah telaga juang "pahlawan kemerdekaan"
Kulihat para mahasiswapun Diam.
Sibuk teori mimpi sendiri bahkan memuji dengki
"berhasilah, tipu daya lembaga elit pembodohan"
Yang bersemayam dalam buku jeruji kebenaran!
Lawan melawan disebrang suara menyepi, terasingkan!
Padahal untuk bicara saja mereka tak harus membuat teori.
Akrab biadab justru terorganisasi
Karena sayap partai politik tak henti bertaktik
Meraung dalam segenap penjuru bumi pertiwi
Merdekalah cecunguk busuk
Merdekalah kepiting terkutuk
Merdekalah mereka orang-orang besar
Yang menghisap cerutu dikisaran bengek korban kelaparan!


Bung
Bunlon cerita lain waktu
Aku melihat jaman teknologi
Cepat sekali hingga cekik petani
Raung degung adigung kepala baja
Membajak tanah negara, punya siapa?


Petani ditanah
Petani diair
Tanah meresah,
Mata berair.
Petani tenggelam airnya
Petani terkubur tanahnya


Sementara buruh gemuruh dipelosok kota
Berbicara pada patung patung penguasa
Tak ada Presiden bagi mereka
Yang ada hanyalah penguasa


Oh,
Lihatlah bunga desa di atas batu arab
Malamnya buta karena majikan membabi buta
Biadab mengadab manamungkin jadi "peradaban"
Aku tatap matanya sukarti
Aku ais anaknya Bu soekti
Keluarga menangis di negri ironis!


Bung
Jas Merahmu
Kupakai dalam renungan sadar diri
Ditengah kesadaran mereka yang berapi-api
Yang tak sehelaipun ada rasa peduli
Bahwa manusia itu mesti merdeka
Jika tidak
Matilah mereka
Hidup antik bersolek lipstik
Sedang jiwa kropos menanti ambruk matahari!




(Wahyudi S/Yud 11/11/11)



1 komentar:

Anonim mengatakan...

Kata kuncinya "kesadaran sejarah". Kesadaran inilah yang tidak dimiliki oleh penguasa bebal. Irwan Djamaluddin.

Posting Komentar

 
;