Sebentar saja kupandangi dirimu
Dibale-bale rombeng tumpukan kitab kuning
Menggeluti sabda tentang segala yang belum bicara
Jejak jemari yang kaku
Membeku sepanjang jalan perpisahan
Hujan deras menggigil disetiap perapatan jalan
Kulempar pandang, membentur gunung gede yang rimbun
Dan tak kulihat lagi dirimu yang entah kemana mengembara
Selepas jejak meninggalkan desa,
Lambai daun melinjo masih terasa menyapa
Mengayunkan sapu tangan untuk mencarimu wanitaku
...................
Kota;
Disinilah aku sekarang
Kembali dalam jeruji besi
Yang menyekap tulang jati diri
Dimana pandang-memandang penuh sangsi
Juga bual-membual kerap kali mencaci maki
Bahkan sapa menyapa tak lebih dari basa-basi
Dan dirimu wanitaku, masih sekuat kawat melekati
Mengingatmu segala lumpuh, mencarimu sepenuh tangguh!
Lantas
Kabar kudengar
Hingar-bingar sedikit menggelegar
Bagaimana tidak?
Namamu kembali menjadi
Tunas segar
di atas jiwa yang sempat terbakar
Wajahmu kembali mengada
Tampak elok semagrib tiba yang sempat kelam merajai malam
Oh, Wanitaku
Ingin kugombali kau sepenuh suka
Seperti duka menyeretku dari hutan belantara
Lalu terjebak kedalam Kota yang katanya larva neraka!
Oh, Wanitaku
Ingin kurayu kau sedalam rindu
Tapi kebosananmu mencerna kata-kata telah lama binasa
Membaur bersama cinta
Dan aku teringat kembali ucap sikapmu waktu itu;
"Kalo aku terlena itu bukan karena kau seorang penulis,
Karena akupun telah lama dinina bobokan oleh tulisan-tulisan fiksimu
Yang tentu sudah menjalar resah kedalam urat syarafku"
Oh, Wanitaku
Matamu adalah syurgaku
Kulanjutkan menulis bukan untuk memperalat kecantikanmu
Lebih dari itu;
Aku ingin mengenali diriku dalam dirimu yang adalah kita!
Kita yang sempat terlempar jauh oleh naungan kitab suci
Dimana para penyamun kota membekali diri dengan menghantam desa kita,
Kita yang bukan lagi "wajah pribumi" .
Tapi kita yang beraura Pribumi!
Berjalanlah disampingku, wanitaku
Mengarungi setiap inci lembah pribumi
Dan kali ini
Ingin kuajak kau bermain ditengah sawah
Dimana kita saksikan sepasang kerbau melaju
Dan garu garu para petani hidup kembali menjadi lagi.
(WS/24/11/11)
0 komentar:
Posting Komentar