Rabu, 22 Juni 2011

SABDA CENTIL DARI TUHAN

Kusebut asmamu
Mengurai jejak pejalan kaki
ruang gelap, cahaya mati!
sesekali krikil dengki menyahutku dalam diri
memandatkan perjalanan runcing beribu hari!
ah, Tuhan
Sabda centilmu selalu menguntitku
Mengingatkan pejalan kaki yang nyaris terbelenggu
Aku bertanya padamu
Tentang hari yang kian membui
Tentang ambigu yang kian memilu!

Sebatang pohon yang tertancap ditanah kulitku,
Memanah lalu mencumbuku dengan sekuntum bunga abu.

Dimana kau berada?

Setitk cahayamu menjawab dalam diri,
Memuji bayang, Memadamkan api!

Dulu
ketika usia kecil memanjaku
sang guru bertanya tentang cita-cita,
dengan wajah polos jawabku sederhana,
Cita-citaku menjadi Tuhan!
Memberi makan
Memberi minuman!

Kemarin
ketika usia kecil meningal dalam diri
sang ayah dan ibu bertanya tentang cita-cita,
dengan wajah asmara jawabku sederhana,
Cita-citaku menjadi Tuhan!
Memberi asmara cinta
Memberi bumbu rindu!

Hari ini aku bertanya pada diriku,
Apkah aku sudah menjadi Tuhan?
Sudah memberi makan
Sudah memberi Minum
Memberi asmara cinta
dan Memberi bumbu Rindu?

Tersungkur aku memeluk diriku,
aku mengenal diriku,
lalu aku mengenal Tuhanku
yang adalah Engkau dalam diriku!
aku tak berdaya
dihadapanmu yang segala!

(Yud, Jakarta 23/06/11)

0 komentar:

Posting Komentar

 
;