Minggu, 04 Desember 2011

SENJA LARAPUN MERDEKA

Senja lara
Memucuk keringat para pengabdi
Dari kuli sampai pedagang asongan
Terbanting kedalam kubangan malam penantian
Berharap kalo esok kembali mengobarkan perjuangan

Hidup itu kehidupan
Kehidupan yang mapan bagi mereka yang terpinggirkan
Arus kekuasaanlah memang bencana alam yang direncanakan
Lejatnya hampa menimbang keadaan, bernyanyi nyanyi tanpa irama pasti
Dikisaran mereka yang sudah habis menangis, air mata enggan tumpah terpatri.

Tuhan
Mereka bukanlah peminta minta
Mereka hanyalah penimbang suasana
Dimana segala musim membentur telinganya
Dan kekeringan air mata bukan berarti mereka bahagia

Senja lara
Mengais segumpal mimpi
Tampak sosok nelayan dipenyebrangan
Bersama deburan air laut yang menghantam tak lagi damai
Pintu pintu kerusakan mewabah disetiap ujung pandang harapan
Dan senja lara terbanting kumuhnya keadilan dan kesejahtraan yang disepikan
Menyisakan geliat gelinya kebosanan ditanah Negri sendiri lalu terpaksa mengembara
Ada yang menjual tubuhnya, ada yang membunuh dirinya, ada juga yang terbanting ke kota
Pun tak luput dari ingatan, wanita janda yang terbanting membanting tulang sampai ke saudi arabia.

Senja lara
Menjelang azan subuh
Ketika matahari masih malu-malu menampakkan fijarnya
Sosok lelaki lanjut usia membungkuk bungkuk memikul pisang kuli harian
Pun seorang nenek yang kulihat garis juang diwajahnya memunguti satu persatu beras
yang jatuh dari truk pengangkut beras, tak peduli trik matahari menyengati kepala atau liputan;
Media dan massa hanya mampu merekam dan mengambil gambarnya saja, ya hanya sebatas tontonan.
Merelung kita menyamakan kedudukan manusia dari kuli sampai mentri jelas bagi mereka tetap berbeda.

Lantas sejenak kusungkrukan diri
Pada cermin-cermin manusia kanibal
yang mengkoperkan pemikiran untuk kepentingan pribadi
Laknat bedebah tentu telah lama terlontar dalam sajak mataku
Namun gugah menggugah unggah merekah kembang juang menjulang
Biar detik perdetik ada saja yang tertimbun harapan dan menuntut keadilan yang dicuekkan
Sampai kapan dengus licik cekik mereka yang justru pengap tercekik?
Lagu-lagu kesunyian menambrak langit sampai sidrotul muntaha
Menjabarkan doa' do'a yang entah didengarkan oleh siapa.
Kurekam jalan setiap manusia seadanya
Karena manusia berhak merdeka

(WS/04/12/11)




0 komentar:

Posting Komentar

 
;